Pages

Rabu, 20 Agustus 2014

Bulan Terbelah di Langit Amerika: Mencerahkan, bukan Menghakimi

Judul Buku: Bulan Terbelah di Langit Amerika
Penulis: Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Juni, 2014
Tebal: 344 Halaman

Setelah berpetualang menapaki jejak-jejak islam di beberapa Negara di benua Eropa – Wina, Spanyol, Prancis, lalu Turki – dalam 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum dan Rangga kembali melanjutkan petualangan mereka sebagai Agen Muslim. Kali ini petualangan mereka jauh lebih berat. Selain Negara yang menjadi bidikan adalah Negara Adikuasa – Amerika, misi yang mereka bawa juga sangat tidak main-main. Yaitu mematahkan hipotesa ‘Would the world be better without Islam?’, sehubungan dengan peringatan tragedi 11 Sepetember di Amerika.

Hanum tidak bisa berkata tidak setelah tahu bahwa tema yang hendak di usung Heute ist Wunderbar – surat kabar asal Austria yang menjadi tempatnya bekerja selama ini, demi menaikkan oplah sangat menyudutkan agama yang dicintainya sepenuh jiwa raga. Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam? Hanum bertekad akan mematahkan hipotesa tersebut.

Maka,  dengan kebimbangan yang masih jelas membayang – Hanum mengiyakan perintah Gertrud – atasannya, untuk berangkat ke Amerika. Kebetulan yang amat melegakan bagi Hanum saat itu adalah ketika tahu bahwa suaminya – Rangga, juga harus berangkat ke Amerika untuk melaksanakan mandate dari Reinhard – profesornya, guna mengikuti konferensi tentang strategi bisnis, yang juga akan dihadiri oleh Philiphus Brown – seorang pengusaha kaya raya sekaligus dermawan asal Amerika.

Setelah menapakkan kaki mereka di Negara Adikuasa tersebut, ujian demi ujian tak henti mengepung mereka. Termasuk ujian bagi kekuatan cinta mereka, saat Hanum harus terkepung di tengah-tengah kerusuhan yang terjadi saat ia sedang berusaha menemukan narasumber dari salah satu demonstran penentang pembangunan masjid di dekat area Ground Zero bernama Jones – yang juga merupakan keluarga korban tragedy 11 September. Sedangkan Rangga mau tidak mau harus segera berangkat ke Washington DC agar tidak terlambat melakukan registrasi sebagai peserta konferensi. Hanum sempat terlunta-lunta di belantara New York, sebelum akhirnya takdir langit mempertemukannya dengan Julia Collins – wanita Amerika yang ternyata adalah seorang Muslim, dan juga merupakan istri dari salah satu korban tragedy 11 September.

Di tengah masih serba mengambangnya ide Hanum tentang artikel ‘luar biasa’ yang ia harap dapat memuaskan Gertrud sekaligus mematahkan hipotesa gila tentang ‘Would the world be better without Islam?’, takdir langit kembali seperti menunjukkan kuasa-Nya. Melalui ketelitian Rangga dalam mengamati foto milik suami Julia dan istri Jones, serta mendengarkan kisah titik balik hidup Philipus Brown dengan seksama, jalan cerita mulai tersambung dengan amat menakjubkan. Rahasia-rahasia tersingkap. Pertanyaan-pertanyaan yang berkelindan di benak Julia dan Jones akhirnya menemukan jawabannya. Ya, ternyata Philipus Brown, Abe – suami Julia dan Anna – istri Jones, ada di tempat yang sama dan sempat berjuang bersama di detik-detik mengerikan tragedi 11 September.

Lalu akankah Jones akan tetap membenci Islam karna merasa pemeluk agam tersebutlah yang menyebabkan istrinya pergi begitu cepat? Dan akankah Julia merasa menyesal memutuskan mencintai laki-laki pemeluk agama tersebut? Philipus Brown menjawab itu semua dengan amat mengharukan dalam acara CNN TV Heroes yang digelar di Baird Auditorium Smithsonian Museum.

oOo

Seperti saat selesai membaca 99 Cahaya di Langit Eropa, saya kembali menghela nafas lega setelah sampai di halaman terakhir novel ini. Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra kembali mmapu meramu jalan cerita yang mengangkat tema cukup berat bagi sebagian orang menjadi sebuah cerita manis yang sarat pesan.

Bulan Terbelah di Langit Amerika yang mengangkat tema tentang salah satu tragedi kemanusiaan paling suram di muka bumi – 11 September – di mana sebagian orang mengarahkan telunjuknya pada Islam. Novel ini benar-benar memberikan pencerahan yang tidak berat sebelah. Meski penulis ada di pihak Islam, ia tak lantas membela dan membenarkan para pelaku pembajakan pesawat yang menabrakkan diri ke Menara Kembar WTC. Penulis tetap mengecam tindakan tersebut. Penulis juga berusaha menyampaikan bahwa tindakan mereka sama sekali tidak menunjukkan apa yang diajarkan oleh Islam. Bulan Terbelah di Langit Amerika berusaha membuka mata banyak orang bahwa tragedi tersebut sejatinya justru amat menyakiti umat Islam sendiri, terutama umat Islam di Amerika, yang harus rela menerima berbagai diskriminasi sebagai imbas dari tindakan dangkal saudara se-agama mereka.

Sekali lagi, salut untuk Hanum Salsabila dan Rangga Almahendra untuk karya briliannya. Semoga mereka tak henti berkarya, dan semoga semakin banyak karya cemerlang seperti ini di Indonesia. Karya yang mencerahkan, bukan menghakimi. Dengan begitu semoga kedamaian dunia akan menjadi milik kita.

5 komentar:

  1. Balasan
    1. ayok di baca mbaak... gak bakal nyesel deh ;)

      Hapus
  2. belum baca. aakk, makin penasaran. diskon yang kemarin abis, ca :D ga jadi pesen, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus mbak... tapi kalo boleh jujur aku lebih suka 99 cahaya... emm, terasa lebih hidup.

      Hapus
  3. Dear Admin

    Ikutan lomba review btdla yang diadakan gramedia yuk...
    Hadiahnya menarik lho

    infonya disini nih :

    https://www.facebook.com/notes/gramedia-pustaka-utama/review-bulan-terbelah-di-langit-amerika/10153164276006982

    atau bisa juga buka di hanumrais.com

    ikutan ya..:)
    reviewnya bagus nih, sayang kalau tdk ikut
    siapa tahu menang

    ditunggu yach

    salam

    hanum rais management

    BalasHapus