Judul buku: First Time in Beijing
Penulis : Riawani Elyta
Penerbit : Bukune Publisher
No.ISBN : 6022200997
Langit kota Beijing berpesta, pijar
warna kembang api terlontar bergantian ke angkasa. Gemuruh seketika melenyapkan
suara-suara meriung ke segenap kota. Namuun, hati gadis itu senyap, bagai butir
salju yang musim lalu jatuh di balik jendela.
Di kota itu, kakinya menapak pasti
di tangga-tangga Tembok Raksasa yang berkuasa. Ia mulai jatuh cinta pada kota
ini, pada aura ganjil gerbang Kota Terlarang yang dahulu dilewati raja-raja.
Mungkin pula, ia telah jatuh cinta kepada dia – laki-laki itu – dalam aroma
rempah yang menguar dari sup hangat
hasil racikan tangannya.
oOo
Adalah Lisa. Gadis asli Indonesia yang
akhirnya dituntun oleh takdir hingga harus menjejak tanah kota Beijing yang
benar-benar asing baginya. Bukan untuk mengadu nasib di kota tersebut,
melainkan karna ia tak lagi punya siapa-siapa di Indonesia setelah Ibunya
menjemput ajal, sedang ayahnya – satu-satunya keluarga yang ia punya, telah
lama tinggal dan punya kehidupan di kota Negeri Tirai Bambu itu.
Saat memulai membaca novel ini saya
langsung dibuat kagum pada sosok penulis berbakat Riawani Elyta. Selain kagum
pada keproduktifannya, juga pada keberaniannya untuk turut serta dalam proyek
“Setiap Tempat Punya Cerita” yang digagas oleh Bukune-GagasMedia dengan
mengambil Beijing sebagai setting pilihannya. Setting yang diakuinya belum
pernah ia kunjungi secara langsung.
Sesampainya di Beijing, Lisa harus
segera menyesuaikan diri dengan berbagai keganjilan di hidupnya yang baru. Ia
memulainya dengan mengikuti kursus Bahasa China sesuai instruksi ayahnya, agar
segera bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Namun, bagi Lisa
penyesuaian paling berat yang harus Lisa lakukan adalah ketika ayahnya memintanya
turut bergabung dalam bisnis restorannya. Tentu saja bukan hal yang mudah bagi
Lisa yang saat masih di Indonesia menyentuh peralatan masak pun tak pernah,
sedang kini ia harus menjadi salah satu koki di restoran ayahnya tersebut.
Dalam hal ini, saya harus kembali
dibuat kagum pada penulis yang merupakan seorang ibu dari tiga anak ini. Dari
beberapa novelnya yang pernah saya baca sebelumnya, Riawani elyta selalu menyuguhkan
tokoh utama dengan berbagai macam profesi yang tidak “mainstream”. Seperti pada novel First Time in Beijing ini yang
mengangkat profesi Chef sebagai ‘sajian’ yang menarik untuk dinikmati.
Seiring langkah Lisa menjejaki tiap
sudut dapur di restoran ayahnya, dan mulai berproses menjiwai profesi barunya,
kisah cinta pun mulai sedikit demi sedikit oleh penulis. Lisa bertemu dan mulai
dekat dengan Daniel, salah satu cheff andalan ayahnya yang kemudian dipercaya
untuk membimbing Lisa untuk mulai belajar memasak. Daniel adalah pembimbing yang
amat sabar bagi Lisa yang kemampuannya benar-benar nol besar. Dan seiring interaksi
mereka yang amat intens, keakraban pun mulai terbangun di antara mereka. Keakraban
yang kemudian memantik kobar cemburu di hati Yu Shiwen, salah satu pelayan restoran
yang menaruh hati pada Daniel. Namun baik Lisa maupun Daniel bukan tipe orang yang
terburu-buru mengembangkan keakraban mereka ke arah lain. Meski tak dipungkiri
pula jika percik-percik perasaan berwarna merah jambu sekali-duakali
menghinggapi hati mereka.
Benak saya seketika membayangkan
sosok salah satu juri muda nan ganteng di sebuah kompetisi cheff di televisi
swasta, sebagai gambaran atas sosok Daniel dalam novel ini. Penulis juga
berhasil menggambarkan suasana kesibukan dapur di sebuah restoran. Meski jujur
saja saya tidak terlalu bisa menangkap dengan baik penggambaran kepayahan Lisa
saat tengah belajar memasak dari nol.
Hari-hari Lisa yang mulai terasa
monoton, menjadi sedikit berwarna saat Alex hadir. Alex adalah seorang pemuda
Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Beijing – dan bekerja sambilan sebagai tour leader. Pembawaannya yang supel
membuat dia dan Lisa cepat akrab. Bahkan Alex sempat mengajak Lisa turut serta
bersamanya mengunjungi Great Wall saat
ia tengah membawa rombongan tour ke
destinasi paling masyhur di China itu. Sampai pada tahap ini, tentu saja
pembaca akan mudah menebak bahwa pertemanan Lisa dan Alex pun berujung pada riak-riak
perasaan yang mewarnai. Tapi situasi menjadi dilematis bagi Lisa ketika Daniel
akhirnya mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan Lisa lebih dari sekedar teman
disaat ia dan Alex semakin dekat. Belum lagi sosok Yu Shiwen semakin frontal menunjukkan
kecemburuannya.
Kisah cinta yang disajikan dalam
novel ini bukan kisah roman picisan. Perasaan para tokoh dibiarkan berproses
secara alami, tanpa terkesan didramatisir. Tidak ada adegan-adegan sentimentil
berlebihan antara Lisa dengan Daniel, maupun dengan Alex, tapi tak sedikitpun
membuat drama cinta mereka menjadi hambar. Ya, ini ke-khas-an paling utama yang
ada di benak saya tentang track record Penulis,
yaitu selalu menyajikan kisah cinta yang ‘santun’.
Lalu bagaimana akhir kisah Lisa di tengah
kecamuk perasaannya setelah mengetahui ternyata kondisi kesehatan ayahnya jauh
dari baik? Bagaimana pula ia membuat kondisi restoran kembali stabil, setelah
sempat goyah pasca keluarnya Daniel dari restoran tersebut dan lebih memilih
menerima tawaran menjadi cheff di restoran berkelas yang ternyata ‘difasilitasi”
oleh Yu Shiwen? Siapakah yang akhirnya dipilih Lisa, Alex si cowok berpembawaan
santai dan selalu menyenangkan, atau Daniel si lelaki cool yang mendapat julukan pengkhianat dari ayahnya?
Silahkan menyusuri setiap lembar
novel First Time in Beijing ini, dan menjadi saksi Lisa menentukan pilihan tepat
pada malam perayaan Lunar New Year di kota Beijing.
Hmm .. .cinta yang santun. Bersyukur masih ada penulis Indonesia yang menggunakannya dalam novel jadi kita tidak melulu disuguhi adegan cinta yang tidak santun
BalasHapusResensinya bagus kok, Sa
BalasHapusJadi pengen baca bukunya lo :)
Resensinya bagus Jeng :)
BalasHapusNovel-novel Mbak Riawani Elyta memang santun dan cerdas.
siip lanjutkan terus membaca dan meresensi.. penyambung lidah buku2 yg manfaat insyaallah ada pahalanya.. amiin :)
BalasHapusTerimakasiiiih Mbak Mugniar, Mbak Esti, Mbak Shabrin dan Mbak Bintaa.... kalian jadi salah satu penyemangatku untuk terus belajar nulis :)))
BalasHapus*hug
Makasih rosa untuk reviewnya yang manis dan lengkap, Makasih juga ya udah baca novel2ku, sering ngintip komennya di goodread, hehe
BalasHapusHihihi... sama2 Mbak Elyta... Maaf ya kalo saya kadang sok tau reviewnya :) :D
BalasHapus