Judul :
Betang – Cinta yang Tumbuh dalam Diam
No. ISBN :
9786080883896
Penulis :
Shabrina Ws
Penerbit : Elex
Media Komputindo
Tak masalah di haluan atau buritan,
asal kau, tetap menggerakkan dayungmu!
oOo
semua orang tahu betapa kayanya Bumi Indonesia ini. Tak hanya
suumber daya alamnya yang luar biasa melimpah, tapi juga berbagai kebudayaannya
yang amat mengagumkan. Sebuah anugerah dari Tuhan sebagai salah satu sumber
inspirasi yang dapat terus digali dan diolah menjadi sebuah karya seni.
Seperti novel ini. Betang – Cinta yang Tumbuh dalam Diam,
begitu judulnya. Jujur, sebelum membaca novel ini saya tidak tahu apa itu Betang,
sebelum akhirnya saya membaca synopsis di sampul belakangnya. Tampilan fisik
novel ini amat sederhana. Sesederhana cara berceritanya, tapi tidak dengan
pesan-pesan moralnya yang berjejalan dalam tiap kalimatnya.
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Danum, yang sejak
kecil tumbuh dalam kesederhanaan dalam rumah betang. Lingkungannya yang berdampingan
dengan sungai membuat ia dan keluarganya amat akrab dengan jukung (perahu) dan
dayung. Danum jatuh cinta pada dayung
sejak pertama kali ia mendapatkan hadiah sebuah dayung kecil dari kai-nya (kakeknya). Dan ia semakin jatuh
cinta, ketika Dehen – teman kecilnya yang juga tinggal di rumah Betang. Danum
dan Dehen kecil mulai sering menyusuri sungai-sungai bersama dengan jukung dan
dayung kecil mereka. Hingga sebuah mimpi pun terukir dalam benak mereka, bahwa
suatu saat mereka akan mengukir prestasi dengan dayung.
Persahabatan mereka akhirnya harus terbentang jarak, ketika
Dehen harus pindah dari rumah Betang bersama keluarganya. Meski saling berkirim
surat masih mereka usahakan sebagai salah satu penjaga ikatan persahabatan tersebut.
Ah, tapi hidup tak pernah semudah itu. Kesibukan toh akhirnya membuat kebiasaan
itu melonggar, entah siapa yang lebih sibuk dan tak sempat untuk membalas surat
siapa.
Hingga jalan hidup akhirnya membawa langkah kaki Danum ke Pelatnas
untuk kembali mengikuti seleksi menjadi atlet pelatnas, setelah sebelumnya ia
pernah gagal. Dan di situ-lah ia kembali bertemu dengan Dehen yang prestasinya
sudah lebih dulu membumbung. Tapi semua tentu sudah tak sama dengan saat mereka
kecil dulu. Dehen telah memiliki kehidupannya sendiri, dimana Danum tak ada di
dalamnya.
Novel ini menggunakan alur maju-mundur yang amat manis dan
sama sekali tak membuat pembaca menjadi bingung. Selain bertutur tentang kisah
cinta anak muda yang tergolong klise – jatuh cinta pada teman kecil, novel ini
juga memiliki muatan lain yang membuatnya menjadi novel yang amat patut dibaca
oleh semua kalangan.
Bagian yang justru amat saya suka dari novel ini adalah tentang
kedekatan Danum dengan keluarganya – kai
dan Arba, kakaknya, yang sungguh menyentuh. Saya bahkan sampai menangis tersedu
ketika kai meninggal. Yang juga tak
kalah menarik adalah sisipan pesan tentang kepedulian untuk turut melestarikan kekayaan
alam yang semakin langka.
Pesan moral yang banyak disampaikan melalui percakapan antar
tokoh dan quote-quote singkat di setiap
awal bab menjadikan novel ini jauh dari kesan menggurui. Beberapa quote yang amat saya suka, diantaranya
adalah:
“Kalah itu perlu, agar kau tahu
dunia bukan milikmu” (Hal.
25)
“ … ada hal-hal yang tak perlu
menunggu kita sempurna untuk melakukannya” (Dehen, Hal. 98)
“Ada aturan yang seakan mengekang,
tapi percayalah, dengan peraturan itu, hidup manusia menjadi mudah” (Kai, Hal. 85-86)
Terakhir, saya ingin menyampaikan selamat pada Penulis –
Shabrina WS, yang telah berhasil menyelesaikan novel seindah ini. Saya juga
angkat topi untuk beliau yang mengambil olahraga dayung yang tidak familiar
sebagai tema utama dalam novel ini. Sekali lagi, novel ini amat layak dibaca
oleh siapapun yang haus bacaan ringan namun bermutu.
Terima kasih banyak ya Mbak, sudah berkenan membaca dan meluangkan waktu untuk membuat reviewnya. :)
BalasHapusSama2 Mbak... terimakasih juga sudah berkenan membaca review saya :)
BalasHapusResensinya manis .. pasti semanis bukunya ^_^
BalasHapusMakasih Mbak mugniar :)
BalasHapusiya, bukunya manis sekali memang...