Judul
Buku : Ranu, Saat Hati Menemukan Cintanya
Penulis
: Ifa Avianty & Azzura Dayana
Penerbit:
Quanta - Imprint Elex Media Komputindo, 2013
Jumlah
Halaman : 305 + IX
ISBN
: 978-602-02-1267-8
Ranu. Novel ini bercerita tentang 3
tokoh sentral novel yang ke-semuanya pernah mengalami kehilangan orang tercinta
yang menorehkan luka cukup dalam. Ayuni yang biasa disapa Ay, gadis pecinta
alam yang sebenarnya amat rapuh, namun berusaha menutupi kerapuhannya itu
dengan sikap jutek, cuek, galak, dll. Ia masih belum juga mampu membuat luka
kehilangan Abang tersayangnya benar-benar sembuh.
Lalu Irene (dibaca Airin). Sepupu Ay yang
biasa disapa Ai. Dengan berbagai sifat yang bagaikan langit dan bumi, mereka
justru menjadi dua orang yang saling melengkapi. Mungkin karna Irene juga
pernah merasakan dalamnya luka kehilangan, saat ia harus merelakan suaminya yang
pergi dengan amat mendadak.
Lalu tentu saja Ranu, si tokoh utama.
Laki-laki yang berasal dari keluarga berkecukupan, tapi memiliki orang tua yang
rumah tangganya dibangun tanpa cinta. Seperti halnya Ayuni dan Irene, Ranu pun
memiliki luka menganga yang berasal dari kehilangan orang tercintanya, yaitu
Aida Rinapuspita Giri yang juga biasa disapa Ai. Sampai disini, saya merasa
novel ini jauh lebih cocok diberi judul Ai karna tiga tokoh yang ‘kebetulan’
punya nama sapaan sama (tapi beda).
Kehilangan itulah yang akhirnya justru membuat
mereka tersambung. Ranu yang seperti menemukan kembali keanggunan seorang Ai
dalam diri Ai (Irene). Dan Irene yang menyadari bahwa ada sebelah hatinya yang
kosong dan butuh sosok pendamping. Meski akhirnya ia sadar bahwa cintanya pada
almarhum suaminya belum mampu tergantikan. Lalu perkenalan dengan Ayuni lewat
sebuah proyek semidokumenter berlatar Baduy yang membuat ingatannya terbang
pada satu masa di mana mereka pernah bertemu.
Saat hendak memulai membaca novel ini, saya tidak
punya bayangan akan seperti apa gaya penceritaannya. Selain karna ini baru kali
ini saya membaca novel yang ditulis secara duet, ini juga pertama kalinya saya
membaca karya kedua penulis ini – Ifa Avianty dan Azzura Dayana, meski nama
mereka sudah sangat sering saya dengar.
Jujur saya tercengang saat telah mulai menyusuri
tiap lembarnya, saya agak tercengang. Dengan label Novel Islami yang ada di
sampul depannya, novel ini bisa dibilang bukan novel islami yang mainstream. Benar-benar sangat berbeda
dari novel islami yang beberapa tahun belakangan ini ada di pasaran. Gaya
penceritaan yang teramat santai dan ringan, membuat pembaca novel ini tidak
akan merasa digurui. Pun jika pembacanya adalah orang yang benar-benar masih
awam tentang islam, novel ini tidak akan membuatnya mengerutkan kening karna tidak
paham.
Meski karna gaya bahasa yang teramat santai itu
pula saya jadi merasa pesan kebaikannya masih kurang menonjol. Belum lagi istilah
serta sapaan yang sering digunakan para tokoh dalam dialog cenderung ada yang
saya rasa terlalu kasar dan urakan. Narasi yang menyelingi dialog juga kadang terasa
seperti main-main dan tidak serius. Saya juga cukup jengah saat sampai di hal. 270-271
dimana Ay dan Dios sedang berbincang melalui whatsapp yang cukup panjang, tanpa diselingi narasi. Belum lagi
banyaknya kutipan lirik lagu yang menurut saya tidak punya arti penting dalam
cerita.
Oh ya, saat membaca synopsis di sampul
belakangnya, saya mengira akan ada adegan-adegan proses pembuatan film tentang
Baduy di dalamnya. Ternyata? Sama sekali tidak ada. Saya jadi merasa ide tentang
pembuatan film bertema Baduy itu tidak lebih dari sekedar tempelan sebagai
jembatan bagi pertemuan kembali Ranu dan Ayuni. Ah, entahlah. Mungkin
penialaian ini jauh dari objektif (meski saya berusaha sekali untuk objektif),
dan semata didominasi oleh minimnya pengetahuan saya.
Tapi bukan berarti novel ini tidak punya
kelebihan. Selipan tentang keunikan budaya Badui yang masih alami, keindahan
Danau Ranu Kumbolo, dan selipan pengetahuan tentang fotografi menjadi beberapa
hal yang bisa diserap dari novel ini. juga tentang pencarian Cinta Sejati saat
hati mulai terasa hampa.
pengen membuktikan tulisan ini, hehe... jadi mau baca, hehe
BalasHapusAyok ayok baca novelnya... nanti kalo ada yg salah aku di koreksi yah :)
BalasHapusterus jangan lupa colek aku juga buat baca resensimu nanti setelah baca, buat penyeimbang :)
Saya jd penasaran sama buku ini, tertarik baca krn judul nya mengingatkan saya sama teman dunia maya yg sudah lama tidak saling bersinggungan. Saya jadi rindu si ranu....
BalasHapus