Judul : Hawa
Penulis : Riani Kasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 255 hal
Genre : Novel Amore
Terbit : Juli 2013
ISBN : 978-979-22-9759-1
Penulis : Riani Kasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 255 hal
Genre : Novel Amore
Terbit : Juli 2013
ISBN : 978-979-22-9759-1
Novel Hawa yang menjadi pemenang ke-2 Amore yang diadakan oleh GPU ini bercerita tentang kisah gadis bernama Hawa yang dengan amat terpaksa harus membatalkan pernikahannya dengan kekasihnya yang bernama Abhirama. Demi menenangkan hatinya yang gundah gulana karna kejadian tersebut, ia memilih untuk ‘mengasingkan’ diri ke rumah Omanya di pedalaman Kalimantan Barat. Di situ, ia bertemu dengan seorang polisi muda yang ramah dan berdedikasi, bernama Landu. Pertemuan demi pertemuan tak sengaja akhirnya membuat mereka semakin akrab, dan tak pelak menumbuhkan benih cinta di hati keduanya. Meski Hawa sempat dibuat gamang oleh kehadiran Abhirama yang berjanji untuk memperbaiki semuanya jika ia diberi kesempatan kedua, dan Landu yang juga turut gamang karna Abhirama ternyata adalah teman baiknya semasa SMA.
Dari segi cara bercerita dan diksi yang digunakan, saya suka. Ringan, mudah dipahami, tapi nggak kacangan. Tapi saya merasa konfliknya kurang tajam dan kurang diolah dengan baik, sehingga saya nggak berhasil turut merasakan perasaan-perasaan si tokoh. Saya tidak merasakan kesdihan Hawa yang begitu dalam selayaknya orang yang batal menikah. Dan alasan sampai akhirnya Hawa membatalkan pernikahannya itu seperti terlalu mengada-ada – mungkin karna hanya diceritakan sepotong-sepotong.
Saya juga merasa novel ini kurang berhasil membangun kekuatan setting – terutama setting tempat. Penulis beberapa kali menegaskan bahwa rumah Oma Naning – tempat Hawa kini tinggal adalah di daerah ‘pedalaman’. Tapi saya kok hampir nggak merasa itu di pedalaman – entah kenapa. Apalagi dialog yang hampir sama sekali tak menggambarkan dialog di pedalaman. Saya malah kadang ‘lupa’ dan mengira setting novel tersebut itu di Jakarta atau kota besar yang lainnya. Apalagi ketika dalam novel tersebut saya bertemu dengan beberapa kali adegan ‘kontak fisik’ antara Landu dan Hawa – yang menurut saya gaya hubungan ‘anak metropolis’ banget. Saya kali yaa yang pemikirannya terlalu kuno. Tapi beneran, saya memang selalu terganggu saa adegan-adegan seperti itu.
Ending dari novel ini cukup tidak terduga, meskipun juga terkesan sangat tiba-tiba perubahan situasi dan kondisinya. Secara keseluruhan novel ini bagus, layak menjadi teman saat waktu luang. Tapi memang ada beberapa bagian yang membuat saya kurang bisa menikmatinya sepenuh hati. Sekali lagi, tentu saja bukan karna novel ini jelek. Ini sepenuhnya soal selera yang nggak bisa dipaksakan – dan pasti beda antar satu orang dan lainnya. Yah, ini sekedar penilaian saya sebagai pembaca awam. Bukan nggak mungkin penilaian saya ini penuh dengan unsure subjektifitas – dan semata karna ilmu saya tentang menulis yang amat tipis. Buktinya novel ini jadi pememnang kedua lomba GPU – yang jurinya pastilah dari kalangan professional.
So, silahkan baca sendiri novel Hawa ini yaa… lalu koreksi saya kalo memang ada penilaian saya yang salah ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar