Pages

Kamis, 17 Juli 2014

Pre Wedding Rush: Lika-Liku Menuju Pernikahan

Pengarang : Okke 'Sepatumerah'
Penerbit : Stiletto Book
Tahun Terbit : Desember 2013
Tebal : 204 halaman
ISBN : 978-602-7572-21-8

Konon, tiap orang yang mau menikah akan mendapat sebuah ujian. Seringkali mereka – orang yang akan menikah – akan dihadapkan pada sebuah masalah yang benar-benar menguji kemantapan hatinya pada pasangannya serta menguji kesiapan mental untuk memasuki babak baru kehidupan.

Itulah yang dialami Menina – seorang dosen ‘gaul’, beberapa saat setelah dilamar oleh kekasihnya – Dewo, tepat di hari ulang tahunnya. sejak awal Dewo mengutarakan ajakan menikahnya, sebenarnya Menina memang belum benar-benar yakin karna merasa hubungan mereka baru seumur jagung. Tapi toh ia akhirnya mengangguk bersedia, karna tak mungkin menolak laki-laki sebaik Dewo.

Namun hal tersebut pada akhirnya tak serta merta melenyapkan segala keraguan Menina. Ia justru menjadi seperti orang linglung. Mencoba mencari tahu alasan filosofis ‘kenapa dia harus menikah’  dan ‘apakah Dewo orang yang tepat?’.
Di tengah kecamuk kebimbangannya, ia memutuskan untuk curhat melalui email pada Lanang – mantan kekasihnya. Lanang adalah tipe laki-laki petualang yang seringkali memiliki sudut pandang unik pada kehidupan. Dan itu menjadikannya selalu punya ‘ruang istimewa’ di hati Menina.

Menina dan Lanang akhirnya justru memutuskan melewati perjalanan bersama saat Menina hendak pulang ke Surabaya untuk mengurus lamaran resmi, sedang Lanang hendak ke Jogja. Dan perjalanan tersebutlah yang menjadi awal dari semua rangkaian kerumitan hubungan mereka – Menina, Dewo dan Lanang.

Menina yang impulsif menyetujui ajakan Lanang untuk terlebih dahulu jalan-jalan di Jogja, tragedi gempa Jogja yang akhirnya membuat Menina lebih lama bertahan di kota itu, Dewo sangat kecewa dengan keputusan Menina, perkenalan dengan Sigit dan Ayako, lalu terbongkarnya rahasia besar antara Lanang dan Ayako. Kejadian-kejadian tersebut membuat perasaan Menina teraduk-aduk. Hingga akhirnya ia tahu apa yang harus dilakukannya dan ke mana ia harus kembali.

Meski tema serupa sudah beberapa kali saya jumpai di beberapa novel lain, Pre Wedding Rush tetap menyajikan sajian yang tidak membosankan. Bahasanya yang ringan membuat novel ini seperti camilan ringan yang menemani kala penat – meskipun mengusung tema yang sepertinya berat. Andai novel ini lebih dipanjangkan sedikit, saya ingin bagian tentang Lanang-Ayako dan Sigit dibahas agak lebih detail.

Sejak menamatkan novel tersebut hingga saya menulis review, saya masih menyimpan rasa sebal dan marah pada sosok Lanang. Bahkan saya ingin mencakar wajahnya saat rahasianya dengan Ayako terkuak. Dan perasaan sebal saya yang berbekas cukup lama itu mungkin bagian dari keberhasilan Mbak Okke dalam mengolah konflik dan karakter tokoh dalam novel karyanya.