Pages

Rabu, 31 Desember 2014

Receh Untuk Buku 2015

Ikutan ini, aaahh... untuk pertma kalinya nih. Sepertinya menarik. Soalnya sering banget punya uang receh yang 'seolah' jadi nggak ada artinya lagi. Padahal uang receh pun kalo dikumpulin jadi banyak tetep bisa dimanfaatin, kan? Nah, salah stunya buat beli buku. hehe




Ini nih aturan mainnya:

  1.  Kumpulkan uang receh dari Januari-Desember
  2.  Jangan dihitung sampai akhir tahun 2015
  3.  Setelah semua uang terkumpul, belikan buku yang kamu inginkan/bukunya dihadiahkan ke orang  lain
  4. Kalau mau ikut, bikin posting mengenai challenge ini di blog masing-masing (tidak harus blog buku) kemudian masukkan link dari postingan kamu di mr.linky di blog Mbak Maya ini.
  5. Pasang banner Receh Untuk Buku 2015

Okesip, berarti saya harus beli celengan baru nih, buat ngumpulin receh :D

Wrap Up New Authors Reading Challenge 2014


Kalo yang ini Wrap Up New Authors Reading Challenge. Hihi, telat jug sih... gapapa deh yang penting ada jejaknya :D *sungkem sama Mbak Ren*

Langsung aja, yaaaa... ini list-nya:

  1. First Time In Beijing, Riawani Elyta 
  2. Betang Cinta Yang Tumbuh Dalam Diam, Shabrina WS
  3. Geek In High Heels, Octa NH
  4. Ranu, Ifa Avianty & Azzura Dayana
  5. The Mocha Eyes, Aida MA
  6. Rainbow, Eni Martini
  7. London, Windry Ramadhina
  8. Hawa, Riani Kasih
  9. Assalamualaikum, Beijing, Asma Nadia
  10. Cintapuccino, Icha Rahmanti
  11. Temui Aku di Surga, Ella Sofa
  12. Selamanya Cinta, Kireina Enno
  13. Pre Wedding Rush, Okke 'Sepatu Merah'
  14. Fate, Orizuka
  15. Bulan Terbelah di Langit Amerika, Hanum Salsabiela -- ini romance bukan, ya? :D
  16. (Bukan) Salah Waktu, Nastiti Denny
  17. Sabtu Bersama Bapak, Adhitya Mulya
  18. Cinta Kamu, Aku: Ini Bukan Drama Radio, Irfan Ihsan
  19. The Time Keeper, Mitch Albom
Yuhuuu... memenuhi target juga siiihh.... soalnya target minimal saya ambil 15 buku :D
Tapi tetep sama sekali nggak ada apa-apanya dibanding peserta lain *tutup muka*

Oke, semoga 2015 kuantitas dan kualitas bacaan saya semakin baik, Aamiin.


Wrap Up Indonesian Romance Reading Challenge 2014


Huaaa... sudah 2015 ya iniii? Dan saya belom nyelesaiin tanggungan-tanggungan saya di 2014. Belom bikin wrap up buat RC-RC yang saya ikuti, belom beresin naskah lomba yang deadlinenya tanggal 2 Januari 2015, belom daftar challenge #1Day1Dream yang pengen saya ikuti, dan lain lain, dan lain lain. Omaigad... jadi semalem tuh saya tidur sambil kepikiran macem-macem ituuuh, beneran!

Oke, kalo diomongin doang kayaknya tetep nggak bakal tetiba jadi beres sendiri, yah. Maka dari itu, saya mau mulai selesaiin satu persatu. Yang pertama, saya mau bikin wrap up buat Indonesian Romance Reading Challenge 2014 yang digawangi oleh Mba Sulis.

Hasilnya nggak memukau, sih... tapi seenggaknya bisa memenuhi level tantangan yang saya pilih. Hehe.

Nah, ini list-nya:


  1. First Time In Beijing, Riawani Elyta 
  2. Betang Cinta Yang Tumbuh Dalam Diam, Shabrina WS
  3. Perjalanan Hati, Riawani Elyta
  4. Geek In High Heels, Octa NH
  5. Ranu, Ifa Avianty & Azzura Dayana
  6. A Miracle Of Touch, Riawani Elyta
  7. The Mocha Eyes, Aida MA
  8. Rainbow, Eni Martini
  9. London, Windry Ramadhina
  10. Hawa, Riani Kasih
  11. Assalamualaikum, Beijing, Asma Nadia
  12. Cintapuccino, Icha Rahmanti
  13. Temui Aku di Surga, Ella Sofa
  14. Selamanya Cinta, Kireina Enno
  15. Pre Wedding Rush, Okke 'Sepatu Merah'
  16. Fate, Orizuka
  17. Bulan Terbelah di Langit Amerika, Hanum Salsabiela -- ini romance bukan, ya? :D
  18. (Bukan) Salah Waktu, Nastiti Denny
  19. Sabtu Bersama Bapak, Adhitya Mulya
  20. Cinta Kamu, Aku: Ini Bukan Drama Radio, Irfan Ihsan
  21. The Time Keeper, Mitch Albom
Horaiiii... tuuu kan terpenuhi :D Alhamdulillah...

Yap, semoga tahun 2015 akan jauh lebih baik lagi, Aamiin.

Senin, 29 Desember 2014

PROJECT 2015: DONATE FOR COMMENTS


Mata saya yang tadinya tinggal setengah watt (baca: ngantuk akut) langsung terang benderang lagi waktu baca blogpostnya Mba Ren tentang project pribadinya Si Cantik Oky yang dikasih judul: Donate For Comments. Waahhh, nggak pake mikir dua kali, langsung Bismillah ikutan.

Yap, buat orang kayak saya (yang belom bisa dikategorikan dermawan, tapi punya keinginan untuk jadi dermawan), sedekah itu harus 'dipaksa'. Salah satunya dengan cara-cara seperti ini, dengan mencanangkan target bagi diri sendiri. Semoga Allah membalas ide cemerlang Oky yang membuat banyak orang jadi punya kemauan dan tekad untuk berbagi melalui perantara blog dengan sebaik-baik balasan, yah. Aamiin :)

Insya Allah project ini mau saya terapin selain di blog ini, juga di blog yang satunya lagi. Dan tentu saja nggak cuma saya yang boleh ikut. Siapa aja boleh, semakin banyak semakin baik. Berbagi itu indah, kan? Lebih dari itu, ini salah satu perintah mulia dari manusia paling mulia di dunia :)

Nah, biar nggak bingung, ini nih aturan main yang saya adopsi dari masterpostnya Oky, dengan sedikit perubahan:
  1. Saya menargetkan Rp 500,- untuk setiap komentar yang masuk di tahun 2015 (1 Januari 2015-31 Desember 2015) ini (di blogpost saya di tahun berapapun), termasuk reply dari saya pribadi.
  2. Komentar SPAM tidak dihitung.
  3. Saya akan bikin rekap tiap bulan kayak Mba Ren, di post ini. Biar gak mabok ngitung pas akhir tahun, biar temen-temen bisa bantu mantau, dan biar saya bisa menyisihkan donasinya sedikit demi sedikit. 
  4. Saya akan menyumbangkan dana dari project ini untuk orang-orang di sekitar saya yang masih tergolong fakir miskin. Yup, karna setau saya sedekah itu sebaiknya untuk orang yang paling dekat dulu :)
  5. Dana dari saya pribadi. Teman-teman hanya perlu membantu saya dengan menyumbangkan komentar, agar jumlah donasinya semakin banyak :) 

 Tertarik ingin bergabung? Yuk, jangan ragu-ragu :) Bagi yang belum punya blog, tetep bisa membantu dengan menyumbangkan komentarnya, yah!

Rasulullah bilang, "Belilah kesulitanmu dengan sedekah"

Dan saya bilang, "Bismillah, I will donate Rp500 for every comments in 2015" :)

REKAP:

 1. Januari: 10 Komentar x Rp 500,- = Rp 5.000,-

Terima kasih atas dukungan teman-teman semua :)  

Minggu, 21 Desember 2014

The Time Keeper: Hikmah Mengapa Tuhan Membatasi Waktu

Judul : The Time keeper (Sang Penjaga Waktu)
Penulis : Mitch Albom
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 312 halaman


“Tidak pernah ada kata terlambat atau terlalu cepat, semuanya terjadi pada waktu yang telah ditetapkan” (Hal. 232)


Jaman sekarang, hidup berkejaran dengan waktu sepertinya sudah menjadi gaya hidup. Slogan ‘waktu adalah uang’ menjadi salah satu slogan yang menjelma menjadi prinsip sebagian orang. Buku-buku bahkan seminar tentang cara mengefektifkan waktu, manajemen waktu, dll menjadi salah satu tema popular yang selalu diminati oleh banyak orang.

Orang-orang berlomba untuk membuat hidup mereka sesibuk mungkin agar dapat meraih pencapaian yang lebih dari yang lainnya. Mereka mengesampingkan kebahagiaan dan ketentraman hati. Tapi semakin banyak yang mereka raih, mereka semakin tidak puas dan terus berharap memiliki jauh lebih banyak waktu lagi untuk membuat pencapaian yang jauh lebih dahsyat lagi.

Tapi apa semua orang seperti itu? Sepertinya tidak. Dunia ini ibarat dua sisi keeping mata uang. Jika ada orang-orang yang selalu haus akan waktu yang jauh lebih banyak, maka di sisi lainnya ada orang-orang yang melihat dunia ini dengan cara yang amat muram. Mereka menganggap bahwa tak lagi ada hal berharga dan menarik yang membuat mereka pantas melewati waktu di dunia ini lebih lama lagi. Mereka berharap waktu akan segera berakhir. Dan ironisnya, hal itu biasanya disebabkan hanya oleh perkara-perkara remeh yang sebenarnya sama sekali tidak sebanding dengan kenikmatan yang diberikan Tuhan untuk masih bisa melewati waktu.

Novel The Time Keeper karya Mitch Albom ini bercerita tentang realita diatas. Adalah Dor, seorang laki-laki yang sejak usianya masih belia sudah sangat tertarik pada perhitungan waktu. Ia adalah orang pertama di dunia yang ‘bisa’ menghitung kapan matahari terbit dan kapan tenggelam. Kapan musim berganti, dll. Ia  mulai melakukannya dengan alat-alat sederhana. Salah satunya dengan tetesan air, juga batu. Hingga saat ia sudah semakin mahir menghitung waktu, ia akhirnya menjadi pemrakarsa terciptanya jam di dunia.

Atas kesukaan dan kemahirannya menghitung-hitung waktu – yang lambat laun mampu  mengubah dunia dan perilaku manusia-manusia di dalamnya, Dor adalah orang pertama yang pernah mengharapkan punya waktu tak terbatas agar ia bisa selalu bersama Alli istri tercintanya, sekaligus pernah menjadi orang yang tak lagi berharap punya waktu setelah Alli meninggal. Dor akhirnya ‘dihukum’. Ia diberi waktu tak terbatas. Usianya tak bertambah sedikitpun, lalu ia ‘dilemparkan’ lagi ke dunia yang sudah sangat jauh dari masanya dulu, dan sangat asing baginya. Dor diberikan sebuah misi untuk memberi pelajaran pada manusia-manusia yang berharap memiliki waktu tak terbatas, dan pada mereka yang berharap tak lagi memiliki waktu sedikitpun.

Dor akhirnya dipertemukan dengan seorang pengusaha sukses dan kaya raya bernama Victor dan gadis belia bernama Sarah. Victor mewakili kubu orang yang haus akan waktu dan terus berharap memiliki waktu tak terbatas. Sedangkan Sarah mewakili kubu orang yang berharap waktu berhenti.

Victor mengidap sebuah penyakit yang membuatnya tak lagi memiliki banyak waktu. Dokter sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk menyembuhkan Victor. Yang masih bisa dilakukan hanyal melakukan cuci darah untuk setidaknya mengulur waktu, meski mungkin tak seberapa. Dan Victor tidak puas dengan itu. Sifatnya yang ambisius dan tidak mudah puas membuatnya ingin ‘mengakali’ takdirnya. Ia mengerahkan segala daya dan upayanya, dengan melibatkan para peneliti, untuk bisa dihidupkan lagi suatu saat. Ya, Victor berusaha untuk mengakali takdir kematiannya sendiri.



“Selalu ada pencarian untuk mendapatkan lebih banyak menit, lebih banyak jam, kemajuan lebih cepat untuk menghasilkan lebih banyak setiap harinya. Kebahagiaan sederhana dalam menjalani hidup antara dua matahari terbit tidak lagi dirasakan” (Hal. 290)


Sedangkan Sarah, seorang gadis dengan wajah dan bentuk tubuh kurang menarik, tidak memiliki banyak teman dan pergaulan, untuk pertama kalinya jatuh cinta pada temannya yang bernama Ethan. Ia merasa amat senang ketika Ethan bersikap baik padanya, dan menganggap itu merupakan pertanda bahwa Ethan juga jatuh cinta padanya. Sarah terus menghitung-hitung waktu untuk tak sabar segera bertemu dengan Ethan. Ia selalu berusaha melakukan apa saja untuk membuat Ethan merasa senang. 

Hingga saat Sarah memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, sembari memberikan kado berupa jam tangan mahal yang sangat diidamkan Ethan, kenyataan pahit harus ditelan oleh Sarah. Ternyata ia keliru. Ethan tak sedikitpun menaruh perasaan padanya. Sarah sedih. Dan ia makin hancur kala melalui media social Ethan mengumumkan bahwa Sarah – sanga gadis ‘menjijikkan’ – telah menyatakan cinta padanya, lalu dikomentari oleh puluhan teman Sarah dengan komentar-komentar yang amat pedih bagi Sarah. Saat itulah ia berharap waktu berhenti. Dan Sarah memilih bunuh diri sebagai cara untuk mewujudkan hal itu.

Dan Dor hadir untuk mereka, sebelum misi mereka tersebut benar-benar terpenuhi. Dor membuat mereka tercengang dan akhirnya sadar bahwa tidak seharusnya mereka berharap waktu tanpa batas, ataupun waktu berhenti, karna semuanya sudah sesuai takarannya masing-masing.



“Ada Sebabnya Tuhan membatasi hari-hari kita”
“Mengapa?”
“Supaya setiap hari itu berharga” (Hal. 288)

Senin, 10 November 2014

Cinta Kamu, Aku: Ini Bukan Drama Radio




Judul Buku: Cinta Kamu, Aku: Ini Bukan Drama Radio
Penulis: Irfan Ihsan
Penerbit: Noura Books
No. ISBN: 978-602-7816-27-5
Terbit: februari, 2013
 

Setiap mau baca novel, saya hampir pasti membaca halaman sampul belakangnya dulu. Biasanya berisi sinopsis, atau endorsment novel tersebut.

Begitu juga saat akan memulai baca novel ini. Dan, wow... saya takjub karna endorsment yang tertera di novel ini hampir semua dari artis kenamaan. Lalu saya membaca profil penulisnya. Oh, ternyata beliau memang gak jauh dari dunia brodcast. Yang bikin saya penasaran lagi adalah, hampir semua endorsment mengemukakan hal yang sama, yaitu: novel ini sangat patut difilmkan. Aha, semakin penasaran lah saya untuk segera melahap novel ini. Dan, taraaaa.... yup, novel ini memang sepertinya cocok difilmkan. Kenapa? Ah, saya mau cerita sekilas tentang kisah yang ada di novel ini dulu, ah :p

Tokoh utama dalam novel ini bernama Fabian, atau biasa disapa Aan. Seorang penyiar salah satu radio swasta di ibukota. Sebagai penyiar radio dengan jam siaran amat minim, hidup Aan serba memprihatinkan, terutama soal tunggakan kos. Namun hidup Aan perlahan mulai berubah sejak kehadiran Risha sebagai bintang tamu di jam siarannya.

Risha adalah seorang penyanyi papan atas yang tengah naik daun. Parasnya yang cantik membuat Aan seketika merasakan sesuatu yang tak biasa di hatinya, hingga di satu waktu, saat Aan usai sholat, ia berdoa jika Risha memang jodohnya agar dimudahkan jalannya. Doa itu menemui takdirnya. Saat Aan ditugaskan untuk meliput sebuah acara penghargaan musik, Aan kembali bertemu dengan Risha yang ternyata masih mengingatnya. Bersamaan dengan itu, Risha merasa jantungnya seperti ditikam saat melihat Yudha - kekasih gelap Risha, yang sekaligus pencipta lagu ternama - tengah bergandengan mesra dengan istrinya. Padahal Yudha berjanji pada Risha akan segera menceraikan istrinya. Risha yang merasa sakit hati dan terus diberondong pertanyaan tentang siapa kekasihnya oleh para wartawan seperti kehilangan akal sehat. Spontan ia menarik Aan, lalu menciumnya.

Sejak saat itu hidup Aan berubah drastis. Meski dibina berdasarkan salah persepsi dan ketololan, toh Aan dan Risha akhirnya merajut kisah. Yah, kisah mereka tak serta-merta mulus begitu saja.

Nah nah... dari sepotong saja bagian yang saya ceritakan, pasti banyak yang setuju kalo tema novel ini sangat 'Indonesia'. Bener-bener tipe film-film Indonesia yang ngetrend. Hehe.

Tapi, so far, saya merasa novel ini sangat menghibur. Temanya bener-bener ringan. Konfliknya ngena, tapi gak bikin dada sesak atau kepala ikut nyut-nyut. Bener-bener nge-pop. Senengnya lagi, berhubung penulis menggeluti langsung dunia yang digeluti oleh tokoh utama, maka ia bisa menarasikannya dengan luwes.

Daaann, satu lagi yang gak boleh ketinggalan. Ada satu hal yang bikin saya salut banget sama si penulis. Novel ini bukan novel islami. Yah, seenggaknya bukan novel dengan label islami. Tapiiii, banyak banget pesan-pesan islami yang disisipkan di dalamnya. Salah satu yang paling menonjol adalah, pesan Kakek Aan agar Aan dan Risha TIDAK BERZINA. Sekali lagi, saya angkat topi untuk penulis.

Berapa banyak novel yang enggan memasukkan unsur agam ke dalam cerita? Saya kolot kali yee. Tapi saya emang kurang nyaman kalo baca novel yang agama tokohnya sama sekali gak teridentifikasi. Gak harus muslim kok. Tokohnya digambarkan non-muslim bagi saya malah bikin nyaman bacanya, karna nggak bertanya-tanya lagi agamanya si tokoh apa.

Jadi kesimpulan akhirnyaaa, saya setuju banget novel ini difilmkan. Yang terpenting, pesan moral-pesan moralnya jangan di skip, ya, Bang Sutradara. hihi.