Pages

Senin, 30 November 2015

Kinanthi: Terlahir Kembali


Judul buku : Kinanthi: Terlahir Kembali
Pengarang : Tasaro G.K.
Penerbit      : Penerbit Bentang, Yogyakarta, 2012

"Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta;
Engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu. Engkau mulai menangis tanpa mau disebut gila."

Pertama kali tahu judul novel ini sekitar dua tahun yang lalu, ketika saya membaca blog yang apling saya suka -- yang sayangnya saat initelah ditutup oleh pemiliknya karna satu dan lain hal: Rumah Matahari. Saat itu juga, saya menyimpan novel Kinanthi di memori otak sebagai novel yang sangat ingin saya baca. Ternyata, saya baru dijinkan oleh semesta membacanya pada tahun 2015, alhamdulillah :)

Novel ini bercerita tentang hidup seorang gadis bernama Kinanthi yang amat berliku dan penuh gelombang. Terlahir di keluarga yang tak berpunya, ditambah perilaku buruk orangtuanya yang telah menjadi label di mata masyarakat membuat Kinanthi tidak diterima dengan baik di lingkungannya. Banyak orang menganggap bahwa berteman dengan Kinanthi adalah sebuah kehinaan. Tapi ada satu anak yang dengan tulus menjadi sahabat baik Kinanthi, padahal ia merupakan anak seorang tokoh di kampung mereka. Ajuj namanya. Hampir semua orang tahu bahwa Ajuj dan Kinanthi adalah teman dekat, meski orangtua Ajuj sangat keberatan anaknya berteman dengan Kinanthi yang tak setara dengan mereka.

Gelombang badai hidup Kinanthi dimulai ketika orangtuanya memutuskan untuk 'menitipkannya' pada orang bernama Pak Edi dengan imbalan 50 kg beras, dan janji bahwa Kinanthi akan disekolahkan tinggi. Hati Kinanthi hancur mengetahui ia dijual. Saat itulah ia kehilangan semuanya, termasuk Ajuj.

Kinanthi dibawa Pak Edi dan istrinya berdomisili di Kota Bandung. Ia memang disekolahkan, tapi sekaligus difungsikan sebagai pembantu rumah tangga. Sayangnya, di sekolah SMP-nya Kinanthi mendapat dua hantaman cobaan yang tak tertanggungkan. Dan hantaman kedua menjadi alasan bagi keluarga Edi untuk tak lagi menyekolahkannya. Hingga pada suatu hari, Kinanthi kembali 'dilempar' bak mata dadu yang siap beradu hingga nasib membawanya pada satu titik. Ia dikirim sebagai TKW!

Badai kehidupan Kinanthi semakin menjadi-jadi. Mendapat majikan yang 'hobi' menodai, kabur, mendapat majikan yang suka menghajar, lalu 'dijual' oleh oknum human traficking, hingga akhirnya diboyong oleh majikan barunya ke Negeri Paman Sam yang ternyata amat keji.

Sampai titik ini, saya hampur tidak mampu melanjutkan membaca. Hati saya tercabik perih, nafas saya sesak, tangis saya mendesak-desak. Saya hampir tak kuasa lagi mengikuti kisah pahit Kinanthi sebagai TKW, karna saya tahu kisah seperti itu tak hanya ada di kisah fiksi semata.

Namun badai pasti berlalu, bagi siapa saja yang tetap tabah menghadapi hidup. Begitu juga bagi Kinanthi. Di tengah hampir padamnya cahaya serta semangat hidupnya di tengah Negara Adidaya yang amat asing baginya, Kinanthi bertemu orang baik yang membantu Kinantho bangkit perlahan-lahan.

Roda berputar. Begitupun hidup Kinanthi. Ia yang pernah ada di titik kehidupan terendah, perlahan mampu membalik keadaan dengan berada di posisi yang amat disegani... Bukan di tanah airnya, melainkan di Negara Adidaya. Hampir tak ada satu pun alasan baginya untuk kembali pulang, kecuali satu nama yang masih terus tersimpan di sudut ruang hatinya. Ajuj.

Membaca novel ini, perasaan saya dibuat terombang-ambing. Kinanthi terasa amat nyata. Saat berhasil menyelesaikan, saya bernafas amat lega. Meski ada satu hal yang membuat saya merasa tidak lega, yaitu tentang sisi religiusitas seorang Kinanthi. Tadinya saya berharap sebelum novel berakhir, saya akan menemukan bagian di mana Kinanthi telah kembali menemukan kedamaian dan keyakinan dalam agama. Ternyata hal itu tidak saya dapatkan.

Tentang perasaan Kinanthi atas Ajuj dan perasaan Ajuj atas Kinanthi... Aah, entahlah. Mungkin prolog dari novel ini sudah sangat cukup untuk menggambarkannya. Terlalu 'gila'.