Pages

Selasa, 16 September 2014

(Bukan) Salah Waktu: Tidak Ada Yang Salah, Kecuali Masa Lalu

”Tahukah kau, Sayang…
Aku mencintaimu lebih dari apa pun. Aku rela kehilangan segalanya, kecuali kamu. Aku sanggup melepas duniaku demi dunia kita bersama.
Namun, ketika waktu bergulir tanpa bisa dibendung, ketika kenyataan memaksa untuk dipahami, ketika kesalahn memohon dimaafkan, kurasa aku tak sanggup, Sayang…
Entahlah, siapa yang harus memahami dan mengalah. Mungkin aku butuh seribu cara untuk mengobati luka hati ini”
Judul : (Bukan) Salah Waktu
Penulis : Nastiti Denny
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Halaman : viii + 24

Sekar – tokoh utama dalam novel ini – akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan beralih profesi menjadi full-time wife, seperti yang sekrang ini diidamkannya. Meski Prabu – suaminya – orangtuanya, bahkan mertuanya pun tidak benar-benar memahami apa alasan Sekar meninggalkan kariernya yang sudah cukup baik, toh mereka tetap mendukung. Tapi dukungan itu tak lantas menjadikan Sekar bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan total fungsi diri di rumah.

Saat masih tertatih menyesuaikan diri dengan berbagai jadwal baru sebagai ibu rumah tangga, Sekar harus dihadapkan dengan tantangan yang lain. ia yang ternyata punya trauma masa kecil dan masih menyimpan rapi sebuah rahasia dari suaminya sendiri, harus berusaha menguatkan hati ketika rahasia itu perlahan mulai menyembul ke permukaan.

Namun drama kehidupan memang seringkali tak teraba akal. Saat Sekar tengah menyiapkan segenap mentalnya untuk menghadapi 'serangan' Prabu yang mulai mengendus rahasia hidupnya, justru harus menerima pukulan telak saat ia harus mendengar tentang masa lalu suaminya yang sama sekali tidak pernah ia duga. Prabu yang ia kenal sebagai laki-laki santun dan sangat menyayanginya ternyata telah memiliki seorang putra dari wanita masa lalunya bernama Larasati.

Diam-diam Sekar mencari tahu. Lalu memutuskan menenangkan diri bersama ibunya -- yang tanpa ia sadari selama ini sering ia abaikan dan amat merindukannya. Sedangkan Prabu tenggelam dalam penyesalan dan dilema. Ia ingin tetap bersama Sekar, tapi ia juga tak mungkin meninggalkan putranya setelah tahu tentang keadaan yang sebenarnya.

Lalu apakah Sekar akan berlapang dada menerima Prabu dengan masa lalunya? Silahkan menikmati sendiri alur cerita novel (Bukan) Salah Waktu ini di sela-sela waktu senggang anda :)

Secara keseluruhan saya suka dengan novel ini. Tidak banyak typo, bahasanya mengalir dan ringan, serta tidak terlalu banyak dramatisasi bak sinetron. Meskipun novel ini mengangkat konflik rumah tangga sebagai tema utama, tapi saya tidak menemui pertengkaran dimana sepasang suami-istri yang sedang bertengkat saling berteriak dan marah-marah. Sosok Sekar terkesan anggun menghadapi badai rumah tangga yang menerpanya. Ia tidak sedikitpun mencaci Prabu meski kisah masa lalunya terbilang cukup sebagai alasan untuk sang istri marah besar pada suaminya. Begitu juga Prabu. Ia tampak tenang, tapi bukan tak berusaha.

So, Saya pikir novel ini cukup patut direkomendasikan sebagai teman bacaan di sore hari sembari menikmati secangkir teh hangat dan sepotong kue. Selamat membaca :)

6 komentar:

  1. Hmmm... penasaran sama sosok Sekar. Brp bintang, ca?

    BalasHapus
    Balasan
    1. 3,5 mbak :))
      Bagus, gak kayak sinetron, tapi cenderung tertebak. hehe

      Hapus
  2. wah domestic romance, belurm banyak yg ngangkat tema ini, semoga jodoh dengan buku ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo aku malah lumayan sering ketemu buku dg konflik semacam ini mbak -,-'
      Aamiin. ini juga dapet minjem dr mba esti :D

      Hapus
  3. Udah diresensi aja, pinjemanku blm tak baca je

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahihihihi....
      Kapan balikinnya yo mbak akuuu... :D

      Hapus