Judul Buku: Mari Lari
Penulis: Ninit Yunita
Penerbit: Gagasmedia
Kalaulah saya melihat novel ini di salah satu sudut toko buku, tanpa pernah baca resensinya terlebih dulu, mungkin saya nggak akan tertarik untuk membaca apalagi membelinya. Jujur covernya nggak menarik buat saya. Judulnya juga. Mari Lari? Duh, males, enakan Mari Tidur atau Mari Makan. Haha… apa siihhh!!
Yup, takdir membuat saya tertarik membaca novel ini lewat perantara review-nya Mba Ila. Dan setelah membacanya, saya sama sekali nggak nyesel. Pesan utamanya bagi saya teramat JLEB. Selesaikan apa yang kamu mulai, kalau nggak pengen nyesel di kemudian hari.
Rio – tokoh utama dalam novel ini – adalah seorang pemuda yang menyesal dan merasakan dampak buruk dari kebiasaan setengah-setengah dalam melakukan segala sesuatu. Dia sering ingin melakukan banyak hal, tapi baru setengah jalan dia akan cepat sekali menyerah pada rasa bosan. Nggak ada satupun hal yang ia selesaikan dengan baik, termasuk kuliahnya. Hingga ayahnya sampai pada batas limit rasa sabarnya, dan menyuruh Rio pergi dari rumah.
Rio bekerja di sebuah showroom mobil milik sahabatnya, sekaligus tinggal di situ – dalam kondisi yang serba memprihatinkan. Kinerjanya di showroom amat membuat sahabatnya amat prihatin pada sahabatnya. Rio sama sekali tidak menunjukkan performa yang mumpuni sebagai seorang marketer mobil. Ia pun amat menydari kondisi dirinya tersebut. Ia merenung, menyesali segala kesalahannya selama ini. Ia sadar kebiasaan buruknya yang nggak pernah menyelesaikan apapun yang ia kerjakan selain merugikan dirinya sendiri, juga teramat mengecewakan dua orang yang paling ia sayangi dan menyayanginya: ayah dan ibunya. Lalu perlahan tekad untuk memperbaiki diri pun muncul.
Puncaknya, saat ia tahu bahwa ibunya menderita penyakit kanker. Rio ingin sekali membuat ibunya bangga dan bahagia. Rio ingin membalas kasih sayang tanpa batas ibunya dengan memperbaiki segala kesalahannya selama ini. Namun sayang, takdir berkata lain. Rio tak lagi memiliki waktu, karna ajal mengambil alih dunia ibunya.
Rio menyesal dan sedih. Tapi ia terlanjur berjanji akan membuat ibunya bahagia meski tak lagi hidup di dunia yang sama dengannya. Rio memperbaiki performanya di showroom dan berhasil meningkatkan kemampuannya menjual mobil. Ia juga mengejar semua ketertinggalan kuliahnya. Dan satu lagi yang terpenting, ia mulai lari. Ya, Rio tekun berlatih lari demi mengikuti event Bromo Maraton dengan memakai nomor ibunya yang mendapat undangan khusus. Ohya, FYI, ayah-ibu Rio adalah mantan atlet lari berprestasi. Meski ayahnya masih sangat meragukan Rio, toh akhirnya ia memberikan ijin pada Rio untuk memakai nomor ibunya, dengan sebuah syarat. Lalu apakah kali ini Rio akan menyelesaikan apa yang ia mulai dan berhasil mencapai finish line? Baca sendiri, lah, ya… hehe.
Ohya, btw… katanya ini novel udah ada filmnya, ya? Sumpah sama sekali nggak tahu lho malah. Filmnya yang kurang promosi atau kupernya saya yang semakin akut? Ah, entahlah. Haha.
Jadi banyak berkaca sama Rio ya, Cha. Perjuangannya salut deh buat nyelesein apa yang udah dimulai. Memang harus mau terus bertahan demi impian.
BalasHapus