Pages

Rabu, 15 Januari 2014

Betang: Cita yang terbalut Cinta dan Kesederhanaan


Judul            : Betang – Cinta yang Tumbuh dalam Diam
No. ISBN      : 9786080883896
Penulis         : Shabrina Ws
Penerbit       : Elex Media Komputindo

Tak masalah di haluan atau buritan, asal kau, tetap menggerakkan dayungmu!

oOo

semua orang tahu betapa kayanya Bumi Indonesia ini. Tak hanya suumber daya alamnya yang luar biasa melimpah, tapi juga berbagai kebudayaannya yang amat mengagumkan. Sebuah anugerah dari Tuhan sebagai salah satu sumber inspirasi yang dapat terus digali dan diolah menjadi sebuah karya seni.

Seperti novel ini. Betang – Cinta yang Tumbuh dalam Diam, begitu judulnya. Jujur, sebelum membaca novel ini saya tidak tahu apa itu Betang, sebelum akhirnya saya membaca synopsis di sampul belakangnya. Tampilan fisik novel ini amat sederhana. Sesederhana cara berceritanya, tapi tidak dengan pesan-pesan moralnya yang berjejalan dalam tiap kalimatnya.

Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Danum, yang sejak kecil tumbuh dalam kesederhanaan dalam rumah betang. Lingkungannya yang berdampingan dengan sungai membuat ia dan keluarganya amat akrab dengan jukung (perahu) dan dayung. Danum jatuh cinta pada dayung  sejak pertama kali ia mendapatkan hadiah sebuah dayung kecil dari kai-nya (kakeknya). Dan ia semakin jatuh cinta, ketika Dehen – teman kecilnya yang juga tinggal di rumah Betang. Danum dan Dehen kecil mulai sering menyusuri sungai-sungai bersama dengan jukung dan dayung kecil mereka. Hingga sebuah mimpi pun terukir dalam benak mereka, bahwa suatu saat mereka akan mengukir prestasi dengan dayung.

Persahabatan mereka akhirnya harus terbentang jarak, ketika Dehen harus pindah dari rumah Betang bersama keluarganya. Meski saling berkirim surat masih mereka usahakan sebagai salah satu penjaga ikatan persahabatan tersebut. Ah, tapi hidup tak pernah semudah itu. Kesibukan toh akhirnya membuat kebiasaan itu melonggar, entah siapa yang lebih sibuk dan tak sempat untuk membalas surat siapa.

Hingga jalan hidup akhirnya membawa langkah kaki Danum ke Pelatnas untuk kembali mengikuti seleksi menjadi atlet pelatnas, setelah sebelumnya ia pernah gagal. Dan di situ-lah ia kembali bertemu dengan Dehen yang prestasinya sudah lebih dulu membumbung. Tapi semua tentu sudah tak sama dengan saat mereka kecil dulu. Dehen telah memiliki kehidupannya sendiri, dimana Danum tak ada di dalamnya.

Novel ini menggunakan alur maju-mundur yang amat manis dan sama sekali tak membuat pembaca menjadi bingung. Selain bertutur tentang kisah cinta anak muda yang tergolong klise – jatuh cinta pada teman kecil, novel ini juga memiliki muatan lain yang membuatnya menjadi novel yang amat patut dibaca oleh semua kalangan.

Bagian yang justru amat saya suka dari novel ini adalah tentang kedekatan Danum dengan keluarganya – kai dan Arba, kakaknya, yang sungguh menyentuh. Saya bahkan sampai menangis tersedu ketika kai meninggal. Yang juga tak kalah menarik adalah sisipan pesan tentang kepedulian untuk turut melestarikan kekayaan alam yang semakin langka.

Pesan moral yang banyak disampaikan melalui percakapan antar tokoh dan quote-quote singkat di setiap awal bab menjadikan novel ini jauh dari kesan menggurui. Beberapa quote yang amat saya suka, diantaranya adalah:

“Kalah itu perlu, agar kau tahu dunia bukan milikmu” (Hal. 25)

“ … ada hal-hal yang tak perlu menunggu kita sempurna untuk melakukannya” (Dehen, Hal. 98)

“Ada aturan yang seakan mengekang, tapi percayalah, dengan peraturan itu, hidup manusia menjadi mudah” (Kai, Hal. 85-86)

Terakhir, saya ingin menyampaikan selamat pada Penulis – Shabrina WS, yang telah berhasil menyelesaikan novel seindah ini. Saya juga angkat topi untuk beliau yang mengambil olahraga dayung yang tidak familiar sebagai tema utama dalam novel ini. Sekali lagi, novel ini amat layak dibaca oleh siapapun yang haus bacaan ringan namun bermutu.


4 komentar:

  1. Terima kasih banyak ya Mbak, sudah berkenan membaca dan meluangkan waktu untuk membuat reviewnya. :)

    BalasHapus
  2. Sama2 Mbak... terimakasih juga sudah berkenan membaca review saya :)

    BalasHapus
  3. Resensinya manis .. pasti semanis bukunya ^_^

    BalasHapus
  4. Makasih Mbak mugniar :)
    iya, bukunya manis sekali memang...

    BalasHapus